Keberadaan suatu produk maupun jasa dapat diketahui oleh konsumen melalui berbagai saluran informasi dengan cepat. Masli (2004) menyatakan bahwa untuk memasarkan produknya kepada konsumen, suatu perusahaan perlu memikirkan dan memilih media periklanan apa yang akan digunakan, seperti televisi, majalah, radio, koran, media massa dan lainnya. Suatu iklan produk tertentu, tentunya tidak hanya disiarkan atau dipromosikan satu kali saja, namun secara berkala disiarkan dengan bahasa iklan yang cenderung manipulatif. Bahasa iklan yang manipulatif inilah yang kemudian mampu membius masyarakat menjadi ingin memiliki yang kemudian melakukan tindakan konsumsi atas produk tersebut.
Kasali (2007:9) menyatakan bahwa iklan merupakan pesan yang mana menawarkan suatu produk kepada masyarakat melalui media tertentu. Terpaan iklan yang secara terus-menerus itulah yang kemudian menggeser gaya hidup yang sederhana menjadi gaya hidup yang lebih konsumtif. Mulai dari kalangan remaja hingga orang tua, mereka kecanduan untuk membelanjakan uang mereka hanya untuk keinginan sesaat yang sebenarnya mereka tidak membutuhkan produk tertentu tersebut.
Lubis dalam Lina & Rasyid (1997) menyatakan bahwa konsumtif merupakan tindakan memakai atau mengonsumsi yang mana tidak mempertimbangkan pemikiran yang rasional, namun karena adanya keinginan yang sudah tidak dapat dibendung. Efek dari adanya iklan tentunya sangat berpengaruh terhadap pencitraan gaya hidup seseorang. Bahkan orang rela untuk bersusah payah mendapatkan uang untuk memiliki produk tertentu hanya supaya dapat mengikuti trend gaya hidup yang sedang viral. Memiliki suatu produk tertentu, menjadikan mereka puas karena merasa dapat memenuhi budaya modern.
Contoh yang mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari terkait gaya hidup konsumtif adalah pada kalangan remaja yang memaksa untuk memiliki smartphone series terbaru dengan fitur-fitur menarik dari iklan yang ditemui yang juga didukung karena ingin dianggap gaul, tidak kuper, modern, dan lainnya. Akan tetapi, yang sebetulnya terjadi misalnya saja ia membeli smartphone dengan cara yang buruk dengan menggelapkan uang SPP, memaksa orang tuanya supaya membelikan smartphone yang ia inginkan padahal ekonomi tidak memenuhi.
Sumber
Solihin, O. (2016). Terpaan iklan mendorong gaya hidup konsumtif masyarakat urban. JIPSI-Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi UNIKOM, 5(2). Diakses dari https://repository.unikom.ac.id/30951/1/jurnal-4.pdf pada 12 Oktober 2021.
Murdianingsih, S. (2008). Gaya Hidup Konsumtif dan Pencitraan Diri Pelajar Pengguna Handphone di SMA Negeri 1 Sambi Boyolali. Skripsi tidak dipublikasikan), Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Diakses dari https://eprints.uns.ac.id/8658/1/92390408200903381.pdf pada 12 Oktober 2021.
Comments