top of page
Writer's pictureTheodora Raesita

Menilik Hiper-ritualisasi dalam Iklan Teh Sari Wangi

Dalam dunia industri ataupun dunia bisnis akan memerlukan iklan agar produk yang dikenal dan diminati oleh masyarakat. Menurut Kotler dan Amstrong (Wibowo dan Karimah, 2012) menyatakan bahwa iklan adalah suatu bentuk ide-ide promosi dan penyajian barang atau jasa yang disajikan secara keseluruhan bukan personal.


Goffman menyatakan bahwa iklan adalah sebuah bentuk replika sosial yang sangat ritual. Sehingga dianggap sebagai sesuatu yang layak untuk diperhatikan. Dalam salah satu studi Goffman menyatakan bahwa adanya hiper-ritualisasi. Pemikiran mengenai hiper-ritualisasi ini dengan didalam iklan dapat memberikan ritual keluarga atau kebiasaan keluarga. Misalnya saja dengan berkumpul bersama di ruang tengah, makan bersama, ibu memasak, dan ibu menyediakan makan untuk suami dan anak dengan bahagia dan damai.


Dalam iklan teh Sari Wangi, disajikan mengenai keluarga yang sedang berkumpul di ruang tengah. Didalam penayangannya setiap anggota keluarga memiliki kesibukannya sendiri-sendiri. Seperti ayah yang sedang sibuk bekerja sehingga tidak dapat menemani anaknya bermain.

Terlihat dengan jelas bahwa aksi penolakann ayah membuat sedih sang anak. Kemudian dituliskan dalam iklan yang berdurasikan 30 detik ini mengenai "Seringkali kesibukan acuhkan yang kita cintai". Maksudnya adalah dengan kesibukan yang kita tanggung dapat membuat kita menjadi acuh atau tidak peduli dengan orang-orang sekitar yang kita cintai.

Dalam scene berikutnya disajikan si tokoh utama menawarkan teh kepada kakaknya yang sedang bermin game online. Respon yang diberikan sama dengan ayah. Kemudian disajikan kata-kata "Teknologi menjauhkan yang dekat" maksudnya adalah dengan ketergangtungan teknologi dan game dapat membuat kita menjauh dengan lingkungan sekitar karena terlalu asik.

Kemudian penulisan "Banyak waktu dihabiskan untuk bersosialisasi". Manusia memang disarankan untuk bersosialisasi. Hanya saja dengan waktu yang berlebihan, maka dengan bersosialisasi dapat membuat hubungan inti atau keluarga menjadi terlupakan.




Dalam scene berikutnya, sang ibu langsung memutuskan telepon dari rekannya karena melihat anak perempuannya bermain sendiri dan sedangkan suami, anak laki-laki dan dirinya sibuk dengan urusan masing-masing sehingga anak perempuannya terlihat sedih.

Kemudian sang ibu mempunyai ide untuk membuat teh Sari Wangi sebagai pemersatu keluarga. Dalam iklan ditayangkan ibu membuat teh kemudian anggota keluarga mulai meninggalkan aktivitasnya.

Letak hiper-ritualisasinya adalah di saat ibu memutuskan telepon dari rekannya tanpa mengucap sesuatu. Pembicaraan maaf atau keterangan lain tak diucapkan. Dalam kehidupan nyatanya orang akan meminta maaf atau memberi keterangan mengapa ia harus menyudahi pembicaraan, memikirkan jika ada kepentingan yang harus dibicarakan. Kemudian saat membuat teh semua anggota keluarga meninggalkan aktivitas sebelumnya agar dapat menikmati teh bersama.



Sumber

Wibowo, S. F., & Karimah, M. P. (2012). Pengaruh iklan televisi dan harga terhadap Keputusan Pembelian Sabun Lux (survei pada pengunjung Mega Bekasi Hypermall). JRMSI-Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, 3(1), 1-15.


Diakses pada 10 November 2021 pukul 22.00 WIB


27 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page