Dalam Sosiologi kita sering membicarakan mengenai realitas sosial dan kesadaran semu. Dimana kita diajarkan bahwa realitas sosial yang selama kita percaya nyata apa adanya ternyata adalah sebuah kesadaran palsu. Iklan adalah salah satu contoh dari adanya realitas sosial dan kesadaran palsu itu sendiri. Melihat Adorno dan Horkheimer sebagai tokoh Sosiologi memandang iklan. Menurut mereka, iklan dapat mempermainkan emosional para konsumen dengan mengkombinasi musik, gambar, tulisan, ataupun kata-kata yang diutarakan (Arista, D. 2011)
Membicarakan iklan yang pernah ramai diperbincangkan oleh warga Indonesia pada tahun 2017. Iklan Bukalapak yang mengusung tema Imlek pada video pengiklanannya. Iklan yang berdurasi tidak lebih dari satu menit ini memunculkan banyak perbincangan karena unik dan tidak biasa. Dalam video iklan "Cincai" ini hanya menyuguhkan satu orang saja sebagai pemerannya.
Tokoh dalam video iklan berdurasi kurang dari satu menit ini memberikan kesan sebagai seorang ibu-ibu yang memiliki keturunan etnis Tionghoa. Membawa sempoa kayu yang diilustrasikan sebagai alternatif hitung cepat zaman dahulu. Melihat kebelakang mengenai konflik antar etnis yang pernah terjadi. Iklan ini seakan-akan memanggil ingatan itu kembali. Mengenai perspektif masyarakat Indonesia yang melihat bahwa keturunan etnis Tionghoa adalah orang yang begitu selektif, cermat, dan teliti jika membahas mengenai uang.
Dalam iklan ini, kita disuguhkan mengenai Bukalapak adalah aplikasi online yang murah, pembelian dengan cara mudah dan terpercaya. Dalam iklan Bukalapak "Cincai, Dinego aja say!" ini menawarkan pembelanjaan online yang cepat, penjual yang ramah hingga dapat dinego atau ditawar hingga ratusan ribu rupiah, dan juga terpercaya.
Menilik kembali visual tokoh dan latar belakang dari video yang telah disajikan. Mengenakan pakaian tradisional Tionghoa, dengan rol rambut yang masih terpasang di bagian poni depan, khas masyarakat etnis Tionghoa. Dan juga logat bicara dari sang tokoh. Latar belakang pembuatan video juga dibuat sedemikian rupa agar berhasil membangun suana Imlek yang kental.
Dari tema pengusungan, ada banyak kemungkinan yang dapat dikatakan sebagai kunci. Dari mengapa menggunakan tema Imlek? Dari berbagai pengamatan dan contoh nyata kita sebagian besar warga Indonesia memiliki setidaknya sedikit keturunan Tionghoa. Jika menggunakan tema Imlek yang sudah jelas sebagai hari raya besar atau suatu tradisi yang akan dilakukan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia Maka diharapkan dalam iklan tersebut akan memberikan banyak konsumen datang untuk menggunakan aplikasi belanja online Bukalapak sebagai sasaran utama.
Penggunaan tokoh “Bu Linda” dalam video, memberikan rasa percaya diri kepada para konsumen terutama ibu-ibu. Mengapa? Karena di Indonesia, ibu-ibu dianggap sebagai seseorang yang sangat selektif, cermat dan teliti jika membahas mengenai uang. Tidak hanya cara berpakaian, latar belakang, logat berbicara, barang apa yang dipegang, tetapi juga musik yang disuguhkan. Alunan kecapi yang khas dengan hari raya tradisional masyarakat Tionghoa.
Sumber
Arista, D., & Astuti, S. R. T. (2011). Analisis pengaruh iklan, kepercayaan merek, dan citra merek terhadap minat beli konsumen. Jurnal Ilmiah Aset, 13(1), 37-45.
Comments